by Essa Almallia Rahmi
Tak perlu kau tanyakan mengapa mataku tak kunjung terpejam,sayang..
Meski waktu kian merangkak di dua per tiga malam
Karna pun dalam diam
Aku paham
Ketika adegan yang diputar berulang-ulang oleh kepalaku tak mampu kuredam
Semata karena rinduku legam
Kemarin, aku tidak membenci tempat pemberhentian, sayang..
Toh mereka hanyalah ruang yang memisahkan kedatangan dengan kepergian
Mimpi dan kenyataan
Yang berisi lambaian tangan dan senyum (yang dicoba) tanpa paksaan
Namun itu kemarin, sebelum kusadar
Bahwa rinduku legam
Lalu kemarin, kau datang dengan teori-teori tentang keikhlasan
Mungkin
Dulu
Aku menemukan hatinya dalam pelukan hujan, pun melepasnya hampir dilangit yang sama, dengan rintik yang sama banyaknya
Tapi bukan berarti jika sekarang hujan masih menyentil sisi romantisme ku, dia yang aku kenang!
Apa kau lupa bahwa kita punya sesuatu tentang hujan yang lebih bisa dibanggakan?
Kau menyebutnya apa?
Sepanjang jalan kenangan?
(aku bahkan masih mengingat tiap ledekan yang ku katakan padamu malam itu)
Ya, saat itu hujan
Kita juga tidak peduli apakah payung kecil itu mampu melindungi kita berdua dari derasnya hujan, dan aku bergelayut manja dilenganmu sembari tak henti berharap jarak antara air tawar – ulak karang bisa sepuluh kilometer lebih jauh, sehingga aku bisa berlama-lama bersandar di gelak tawamu yang temaram
Mungkin
Dulu
Akulah si pengeja luka
Seakan waktu tak mampu menggerus sakit yang kian meraja
Lalu apa?
Toh dibagian ini aku punya pembelaan
Pengalaman pertama – ditinggalkan – cukup mencabik ego ku sebagai wanita
Bahkan aku sempat sampai pada kesimpulan: bahwa kaum mu penuh dengan ke egois an, ke BULLSHIT an dan derajat nol besar yang rasaksa!
Namun aku tak serta merta lupa
Karena sekarang aku memilki kamu
Satu sosok yang selama seribu dua ratus hari terakhir ini selalu mengajarkanku bagaimana cara memaknai rasa
Jangan berburu dalam masa lalu, sayang..
Jangan mulai bertanya dengan kalimat-kalimat yang menggunakan frasa - dulu –
Mereka semua prasasti
Meski memiliki hari-hari tertentu menuntut untuk diperingati
Sungguh, kita bahkan sama-sama mengerti bagaimana cara memaknai masa lalu
Tak perlu kau coba urai satu persatu dengan kenyataan-kenyataan yang tiba-tiba singgahi kepalamu
Karena kita menempatkan kenangan-kenangan itu di kotak-kotak berbeda yang tak sempat kita namai, sengaja untuk tidak dinamai tepatnya, agar ketika masa-masa seperti sekarang datang, kita tau pasti mencoba membukanya kembali adalah kegagalan mengikhlaskan
Maka, sayang..
Mataku semakin urung terpejam
Sesak, menemukan bongkahan perasaan ini ternyata wujud rinduku yang legam
Dan seiring kelopak mata yang kupaksa tertutup demi membunuh kelam
Aku bergumam, tidak,aku mengeja :
DIA hanyalah m-a-n-t-a-n
KAMU adalah m-a-s-a-d-e-p-a-n
Mudah-mudahan.
Categories:
Ocehan2ku